Monday, January 22, 2018

MAKALAH ETIKA PROFESI GURU




Disusun Oleh:
Hana ‘Ainul Mardiyah            1516210174





Dosen Pengampu
Drs. H. Rizkan A. Rahman, M. Pd





PROGRAM STUDY PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH & TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
2017/2018


KATA PENGANTAR


Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Abilitas Guru” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan semaksimal mungkin. Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi.
 Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, saya selaku penulis menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata untuk para pendidik yang lainnya.











Bengkulu, 30 Desember 2017


Penulis




i


DAFTAR ISI
         KATA PENGANTAR................................................................................................ i
         DAFTAR ISI ..............................................................................................................ii 
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................................. 1
C.     Kegunuaan Penulis........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Keterampilan Mengajar Guru......................................................... 2
B.     Macam-Macam Keterampilan Mengajar (Abilitas Guru).................................. 2
1      Keterampilan Bertanya..................................................................................... 2
2.      Keterampilan memberi Penguat (Reinforcement Skills).................................... 4
3.      Keterampilan Menggunakan Variasi (Variation skills)..................................... 5
4.      Keterampilan Menjelaskan ............................................................................... 7

BAB III PEMBAHASAN
5.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ............................................. 8
6.      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil...................................... 8
7.      Keterampilan Mengelola Kelas......................................................................... 9
8        Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil & Perorangan................................ 10

BAB IV PENUTUP
A.    Kesimpulan..................................................................................................... 12
B.     Saran   ............................................................................................................ 12


DAFTAR PUSTAKA





ii


BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap pelaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.

Pada tahap ini di samping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Selain itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar dalam hal ini membelajarkan (abilitas guru).


B.        Rumusan Masalah

1.      Apa Pengertian Keterampilan Mengajar Guru ?
2.      Apa saja Macam-Macam Keterampilan Mengajar (Abilitas Guru) ?


C.        Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan penulisan adalah agar calon/pendidik dapat lebih memaparkan tentang beberapa keterampilan (Abilitas) yang harus dimiliki seorang calon/pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif.









BAB II
PEMBAHASAN


A.     Pengertian Keterampilan Mengajar Guru

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif diperlukan berbagai keterampilan yaitu keterampilan mengajar (abilitas guru). Abilitas dapat dipandang sebagai suatu karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan mengajar atau membelajarkan merupakan kompetensi pedagogik yang cukup kompleks karena merupakan integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan merupakan “kecakapan untuk menyelesaikan tugas”,  sedangkan mengajar adalah “melatih”. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Definisi yang modern di Negara-negara yang sudah maju bahwa “teaching is the guidance of learning”. Mengajar adalah bimbingan kepada siswa dalam proses belajar. [1]
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan keterampilan mengajar guru adalah seperangkat kemampuan/kecakapan guru dalam melatih/membimbing aktivitas dan pengalaman seseorang serta membantunya berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Jadi, persepsi siswa tentang keterampilan mengajar guru adalah penilaian berupa tanggapan/pendapat  siswa terhadap kemampuan/kecakapan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar.

B.     Macam-Macam Keterampilan Mengajar (Abilitas Guru)

Secara aplikatif, abilitas seorang guru dapat terindikasi melalui delapan keterampilan mengajar atau teaching skill. Oleh karena itu, guru harus menguasai delapan keterampilan mengajar, yaitu:
1.      Keterampilan Bertanya
                        
Keterampilan bertanya adalah suatu pengajaran itu sendiri. Sebab pada umumnya guru dalam pengajarannya selalu melibatkan/menggunakan tanya jawab.  Keterampilan bertanya merupakan keterampilan yang digunakanuntuk mendapatkan jawaban/balikan dari orang lain. Hampir seluruh proses evaluasi, pengukuran, penilaian, dan pengujian dilakukan melalui pertanyaan. Berdasarkan pengertian keterampilan bertanya bahwasaanya pertanyaan yang baik akan menuntun kita pada jawaban yang sesungguhnya. Demikian juga sebaliknya pertanyaan yang jelek akan menjauhkan kita dari jawaban yang memuasakan. Hal semacam ini disebut dengan istilah question is knowlegde, pengetahuan di bagun dari rasa ingin tahu manusia yang berwujud pertanyaan.
Guru harus menciptakan kegiatan bertanya. Guru juga harus melakukan berbagai macam cara dan pendekatan agar peserta didik mau menjawab pertanyaan guru. Kegiatan ini jangan di lakukan hanya searah melaikan multi arah antara guru dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik.
Terdapat berbagai tujuan yang menyebabkan guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik di kelas antara lain:
1.  Mengembangkan pendekatan cara belajar siswa aktif, sehingga dapat meningkatkan keterlibatan dan partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung;
2.   Menimbulkan keingintahuan sehingga dapat membangkitkan minat dan perhatian siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadapi atau dibicarakan;
3.    Merangsang fungsi fikir dengan cara mengembangkan pola pikir dan cara berfikir aktif dari siswa, karena kegiatan berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah kegiatan bertanya untuk mencari jawaban sehingga menghasilkan buah pikiran dari seseorang; dan lain sebagainya.

Agar tujuan pemberian pertanyaan kepada peserta didik dapat dicapai, guru harus bersikap ramah. Sikap ramah guru ditunjukkan dalam penampilan melalui gaya mengajar, suara, ekspresi wajah, dan gerakan badan. Selain itu pertanyaan yang baik akan menunjang tercapainya tujuan sebuah pertanyaan.
Dalam pembelajaran, ada macam-macam jenis pertanyaan yang dapat digunakan guru. Berdasarkan maksud pertanyaan yang diajukan ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan tugas pembelajaran, yaitu: (1) pertanyaan permintaan; (2) pertanyaan mengarahkan; (3) pertanyaan yang bersifat menggali; (4) pertanyaan retoris. Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri atas 3 jenis, yaitu: (1) pertanyaan mengungkapkan perasaan; (2) pertanyaan yang mengiring siswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan, pikiran, dan perbuatan; (3) pertanyaan yang mengiring siswa untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari perasaan, pikiran, dan perbuatan.
Berdasarkan variasi pertanyaan yang akan diajukan, keterampilan bertanya dapat digolongkan kedalam dua bentuk pertanyaan, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Keterampilan bertanya dasar ialah kemampuan guru dalam mengajukan pertanyaan untuk mengetahui daya ingat peserta didik. Sedangkan keterampilan bertanya lanjutan ialah kemampuan bertanya seorang guru dalam pembelajran untuk mengetahui kemampuan berfikir peserta didik yang lebih komplek.[2]


2.    Keterampilan memberi Penguat (Reinforcement Skills)

Penguat ialah respon positif dalam pembelajaran yang diberikan guru terhadap prilaku peserta didik yang positif dengan tujuan mempertahankan dan meningkatkan prilaku tersebut. Dapat diartikan pula penguat ialah respon terhadap suatu tingkah laku yang sengaja diberikan agar tingkah laku tersebut dapat terulang kembali.
Adapun tujuan menggunakan penguat adalah:

1.      ·         Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar;
2.      ·         Membangkitkan, memelihara dan meningkatkan motivasi belajar siswa;
3.      ·         Mengarahkan pengembangan berfikir siswa ke arah berfikir divergen;
4.      ·         Mengatur dan mengembangkan diri anak dalam proses belajar;

Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang positif dan mendorong munculnya tingkah laku yang produktif.
Dalam memberikan penguat, dapat dilakukan dalam bentuk verbal dan nonverbal. Secara verbal, penguat diberikan dengan menggunakan bahasa lisan. Secara nonverbal. Penguat diberikan dengan cara memberikan respon dengan bahasa tubuh. Ada bermacam-macam cara yang dapat digunakan untuk memberikan penguatan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Penguat kepada pribadi tertentu
2.      Penguatan kepada kelompok peserta didik
3.      Pemberian penguatan dengan cara segera
4.       Variasi dalam penggunaanya
Dalam memberikan penguatan, guru harus memperhatikan prinsip-prinsip penggunaanya. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan guru ialah sebagai berikut:

a.       Kehangatan
Penguatan yang diberikan oleh guru harus penuh dengan kehangatan. Kehangatan dapat ditunjukkan melalui cara bersikap, tersenyum, melalui suara dan gerak mimik.

b.      Antusiasme
Antusiasme merupakan stimulus untuk meningkatkan perhatian dan motivasi peserta didik. Penguat yang antusiasme akan menimbulkan kesan sungguh-sungguh dan mantap di hadapan peserta didik.

c.       Kebermaknaan
Inti dari kebermaknaan adalahpeserta didik tahu bahwa dirinya memang layak mendapat penguat karena tingkah laku dan penampilannya sehingga penguatan tersebut dapat bermakna baginya.

d.      Menghindari penggunaan respons yang negatif
Teguran dan hukuman yang berupa respons negatif harus dihindari oleh guru. Respon negatif yang bernada hinaan, sindiran, dan ejekan harus dihindari karena dapat mematahkan semangat peserta didik.


3.    Keterampilan Menggunakan Variasi (Variation skills)
Keterampilan menggunakan variasi merupakan keterampilan guru yang sama pentingnya dengan keterampilan lain. Bayangkan saja apabila guru mengajar dengan nada yang sama (datar) dan berdiri di tempat yang sama dari awalsampai akhir pengajaran. Tentu akan membosankan dan peserta didik jadi tidak bersemangat untuk belajar. Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan menggunakan variasi da bila perlu terus berlatih menggunakan variasi yang menarik tetapi efektif.
Variasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang lain dari biasannya. Menvariasi berarti berubah-ubah agar lain dari yang biasanya.misalnya dengan mengubah-ngubah nada suara, mengganti posisi mengajar, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan agar peserta didik tidak bosan dan tetap antusias mengikuti pelajaran. Jadi, makna variasi disini adalah segala tindakan guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan peserta didik dan menjaga perhatian peserta didik.
Mengadakan variasi memiliki fungsi atau manfaat untuk:
1.      Mengurangi kebosaan siswa dalam mengikuti pelajaran;
2.      Meningkatkan motivasi belajar siswa;
3.      Memacu, mengembangkan, serta mengikat perhatian siswa pada pelajaran yang sedang              mereka ikuti;
4.      Menumbuh kembangkan perilaku belajar positif pada diri siswa;
5.      Menumbuhkan prilaku belajar positif pada diri siwa;
6.      Meningkatkan pertisipasi siswa dalam interaksi kegiatan pembelajaran;
7.      Mempelancar dan menjelaskan komunikasi antara guru dengan siswa.
Aspek-aspek yang perlu mendapatkan variasi ialah aspek gaya mengajar, aspek penggunaan alat indra, dan aspek interaksi pembelajaran. Secara lebih rinci, berikut komponen-komponen variasi menajar.

1.      Variasi Gaya Mengajar
Variasi gaya mengajar mencakup suara guru, gerak, kesenyapan, perubahan posisi, pemusatan perhatian, dan kontak pandang.

2.      Variasi Penggunaan Alat Indra
Modalitas peserta didik bermacam-macam, ada yang cenderung memiliki gaya belajar visual, ada yang memiliki gaya belajar auditorial, dan ada pula yang memiliki gaya belajar kinestetik. Disini dibutuhkan guru untuk melakukan variasi media pembelajaran agar cenderung media tidak hanya melayani satu gaya belajar saja. Media pembelajaran yang baik ialah media pembelajaran yang paling efektif dalam menunjang tujuan pembelajran berdasarkan gaya belajar peserta didik.
3.      Variasi Interaksi Pembelajaran
Untuk menghindari kebosanan guru hendaknya menggunakan variasi interaksi dalam pembelajaran. Kombinasi pola iteraksi pembelajaran akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan karena dapat mengubah bentuk, kegiatan, atau suasana kelas. Ada 3 macam interaksi, yaitu gaya interaksi guru-kelompok peserta didik, interaksi guru-peserta didik, dan interaksi peserta-peserta didik.

Dalam menggunakan variasi guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip penggunaanya. Berikut prinsip-prinsipyang dapat menjadi pengangan guru:

1.      Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu yang relevan dengan tujuan pembelajaran;
2.      Variasi diberikan dengan penuh kehangatan dan antusiasme seorang pendidik;
3.      Penerapan kterampilan variasi harus dilakukan secara wajar dan tidak berlebih-lebihan;
4.      Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan serta fleksibel sehingga tidak merusak suasana kelas;
5.      Variasi direncanakan dengan baik. Variasi yang baik ialah variasi yang dicantumkan secara eksplisit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).



4.      Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
a.       Tujuan Memberikan Penjelasan

1.      Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2.      Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
3.      Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4.      Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

b.      Komponen-komponen keterampilan menjelaskan

Secara garis besar komponen-komponen keterampilan menjelaskan terbagi dua, yaitu : (1) Merencanakan, mencakup penganalisaan masalah secara keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada diantara unsur-unsur yang dikaitkan dengan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai dengan hubungan yang telah ditentukan. (2) Penyajian suatu penjelasan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi, pemberian tekanan, dan penggunaan balikan. 
Agar penjelasan guru dapat bermakna bagi peserta didik, berikut beberapa prinsip yang dapat dijadikan pengangan dalam memberikan penjelasan.
1.      Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah atau akhir bergantung keperluan, atau dapat juga diselingi dengan tanya jawab.
2.      Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran
3.      Penjelasan diberikan bila ada pertanyaan dari peserta didik atau direncanakan oleh guru sebelumnya.
4.      Penjelasan materinya harus bermakna bagai peserta didik dan Penjelasan harus disesuaikan dengan latar dari kemampuan peserta didik.[3]

BAB III
PEMBAHASAN

5.      Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
Penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus dilaksanakan secara efektif sehingga hasil pembelajaran bermakna bagi peserta didik. Oleh karena itu, prinsip-prinsip berikut harus di perhatikan oleh setiap guru.
1.      Bermakna;
2.      Berurutan dan berkesinambungan; dan
3.      Dilakukan di setiap awal dan akhir topik.


6.      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi
a)         memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
b)        memperluas masalah atau urutan pendapat
c)         menganalisis pandangan siswa
d)        meningkatkan urunan pikir siswa
e)         menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f)         menutup diskusi[4]

Agar guru menguasai keterampilan di atas dengan baik hendaknya guru tidak menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak sesuai dengan minat peserta didik dan latar belakang pengetahunnya, tidak mendominasi pembicaraan dengan pertanyaan yang terlampau banyak dan jawaban yang banyak pula, dan berdiskusi secara efektif.
Dalam menerapkan keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil guru dapat memegang prinsip-prinsipnya sebagai berikut:
1.      anggota kelompok diskusi memiliki kadar pengetahuan yang memadai dan merata terkait dengan masalah yang dibahas
2.      dilaksanakan pada jenjang kelas yang sudah dimiliki kemampuan dalam mengungkapkan pendapat secara lisan
3.      Topik yang diangkat memang memerlukan pendapat orang banyak
4.      Dilangsungkan dalam suasana yang saling menghormati
5.      Direncanakan dengan matang
6.      Dipertimbangkan kelemahan dan kekurangan
7.      Guru selalu mengawasi jalanya diskusi.


7    Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Secara umum, komponen pengelolahan kelas terbagi menjadi 2, yaitu komponen yang bersifat preventif dan komponen yang bersifat kuratif. Komponen yang bersifat preventif ialah komponen yang berhubungan dengan tindakan penciptaan dan pemeliharaan kondisi optimal. Keterampilan ini berkaitan degan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan inisiatif dan mengendalikan pelajaran yang meliputi keterampilan sebagai berikut:
1.      Menunjukkan sikap tanggap
2.      Memberika perhatian kelompok
3.      Memusatkan perhatian kelompok
4.      Memberikan petunjuk yang jelas
5.      Menegur dengan bijaksana
6.      Memberikan penguatan

Sedangkan komponen yang bersifat kuratif ialah komponen yang berhubungan dengan tindakan untuk mengembalikan kondisi belajar menjadi optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respon guru untuk mengulangi berbagai gangguan yang muncul dari peserta didik. Untuk mengatasi ada 3 jenis strategi yang dapat digunakan oleh guru, sebagai berikut:
1.      Memodifikasi tingkah laku
2.      Pemecahan masalah kelompok
3.      Menemukan dan mengatasi penyebab timbulnya masalah
Agar kondisi kelas tetap kondusif, setidaknya ada enam prinsip pengelolahan kelas yang harus diperhatikan guru. Enam prinsip tersebut yaitu: (1) kehangatan dan antusiasme; (2) menghadirkan tantangan; (3) membuat variasi mengajar, variasi media, variasi interaksi; (4) keluwesan tingkah laku guru; (5) memberikan penekanan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan peserta didik pada hal-hal yang negatif; (6) penanaman nilai disiplin.

8        Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil & Perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik.
Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan dapat dilakukan dengan:
1.         Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian, dengan memberikan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas.
2.         Membimbing dan memudahkan belajar, yang mencakup penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
3.         Pemberain tugas yang jelas, menantang dan menarik.

Untuk melakukan pembelajaran perorangan perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir peserta didik agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh peserta didik.
Setelah menguasai delapan keterampilan tersebut, guru dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Agar pembelajaran kelompok kecil dan perorangan berlangsung efektif, berikut prinsip-prinsipnya yang harus di perhatikan guru.
a.         Tidak semua topik dapat dipelajari dengan efektif dalam kegiatan
b.         Kenali peserta didik secara perorangan
c.         Variasi pengorganisasian kelas disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai, kemampuan peserta didik, fasilitas dan waktu, serta kemampuan guru
d.         Beri kebebasan kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan keinginannya.
e.         Langkah pertama yang dilakukan guru adalah mengorganisasiakan peserta didik, menyiapkan sumber dan alat, serta mengatur ruang dan waktu yang diperlukan
f.          Bimbinglah peserta didik agar mampu menyelesaikan masalah yang ditemuinya
g.         Akhirilah dengan kulminasi sehingga peserta didik dapat saling belajar
h.         Libatkan peserta didik dalam menilai hasil belajar.[5]








BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Komponen keterampilan yang digunakan oleh seorang guru untuk mencapai pembelajaran efektif adalah keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran yaitu (1) keterampilan bertanya, (2) keterampilan memberikan penguatan, (3) keterampilan mengadakan variasi, (4) keterampilan menjelaskan, (5) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (6) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil, (7) keterampilan mengelola kelas, dan (8) keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.

B.     Saran
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar.
Keterampilan-keterampilan ini bisa dilatih dan Semoga penulisan ini dapat memotivasi calon mahasiswa untuk lebih percaya diri dengan mengeluarkan keterampilan-keterampilan yang ada di dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA


Muhammad Arifin, Barnawi . 2012.  Etika dan Profesional Kependidikan.  Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi.  Jakarta: Rinike Cipta




[1] Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. (Jakarta: Rinike Cipta, 2010). Hlm 30-32.

[2] Barnawi dan Muhammad Arifin. Etika dan Profesional Kependidikan. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012). Hlm 202-208.
[3] Ibid. Barnawi dan Muhammad Arifin. Hlm 208-225.
[4] https://icrixs.wordpress.com/education/keterampilan-mengajar-guru/
[5] Ibid. Hlm 233-239.